Kitab Panutan ( penutup )
Dalam mendapatkan petunjuk ada persamaan nya misalnya dalam Rasa ( krenteg ) yaitu Rasa yang tiba-tiba muncul dari Rasa yang paling dalam
.
Bukan Rasa dari olah
pakarti dan panca idra . Rasa itu akan
sama dan bisa nunggal rasa , bisa sambung rasa dengan rasa kadhang lainnya ,
dapat juga bisa dikatakan dawuh Urip.
Misalnya A ingin mengikuti Rasa ketemu kadhang B , maka kadhang B
akan sambung rasanya dengan kadhang A. dalam kenyataanya kalau kadhang B
tidak ada dawuh dari Urip nya , maka segala kegiatan kd B , misalnya akan keluar, tidak jadi keluar ,
diperingatkan oleh apa yang disebut
kitab alam semesta ( adamakna ) .
Jadi setiap Rasa (
krenteg ) tidak usah ragu , jalankan saja , nanti akan ada
pendukung untuk mewujudkan Rasa (
krenteg ) tadi .
Bisa dicoba , …… hanya berlaku untuk kadhang putro yang
sama-sama laku panca gaib. Ha.ha ……kaya …Undangan
.
Ini dimaksudkan untuk memudahkan pembuktiannya , kalau
dengan orang lain , bisa benar dan bisa salah .
Karena apa ?
Ya…. karena bukan kadhang , bukan sama-sama Putro Romo , belum sambung rasanya Itu bisa disebutnya dengan ( ngetut ke Rasa ) mengikuti Rasa .
Rasa yang mana yang harus di ikuti ?
Sebagai pedoman untuk mengikuti Rasa , adalah Rasa yang
timbul , tidak dari olah pakarti dan panca indra . Tetapi Rasa yang timbul dari
Rasa Jati yang paling dalam Rasa (
krenteg ).
Dalam menentukan apakah Rasa Jati atau bukan , kalau yang
dibuat pertimbangan budi pakarti lan
panca-indra , tidak akan ketemu , karena
bedanya sangat tipis sekali , ibarat besarnya hanya seperempat nya helai rambut.( sarambut
pinara sasra ).
Konsep ( Rasa / krenteg )
bisa dibuat sebagai Kitab Panutan
( Sumber : Gosok-ginosok Pagelaran Togog Mlaku Mundur Sasono- Inggil
Yogya )
Rahayu,..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar