Dawuh Pangandikan Romo
Herucokro .
Putro Romo ora kena
tiru-tiru .
Putro Romo tidak
diperbolehkan ikut-ikutan ,meniru , mempunyai kepribadian tersendiri.
Pada dasarnya yang
tidak boleh ditirukan itu , hal-hal yang merugikan orang lain .
Misalnya , memalsukan
, menjiplak , bersaing tidak sehat dalam usaha , dll nya.
Kegiatan seperti laku yang baik , boleh kita tirukan .
Dalam laku Panca Gaib
, menirukan kadhang lain , memang sulit , hampir semua tidak bisa dilakukan
oleh kadhang putro .
Batasan nya karena laku
“ mendapat dawuh pribadi “
kemampuan , keahlian yang berbeda , atau disebabkan ada pemberian tugas tersediri
masing-masing putro.
( Laku Panca Gaib itu
sama , perbedaan nya di pangolah dan pangrenggô )
Hal-hal yang baik yang
kita lihat bisa kita tiru , pelajari dan
kita bandingkan . ( Seperti misalnya : Kita lihat Pembangunan Sanggar Sapto
Renggo , Paguyuban Sapto Darmo , yang dipakai Munas BKOK di Yogyakarta ) .
Apakah tidak boleh
kita tirukan ?
Mengumpulkan dana .
Dawuh Pangandikan Romo
, Putro Romo tidak boleh minta sumbangan atau urunan untuk kegiatan apapun .
Pada dasarnya yang
tidak boleh adalah tarikan /urunan
/iuran rutin , pemberian dengan pamrih , sumbangan karena terpaksa , tidak iklas .
Apapun namanya
sebenarnya boleh dilakukan , asal
menurut rasa dan iklas .
Pemberian jangan
karena pakéwoh , rasa sungkan , kalau tidak memberikan bantuan .
Pembelian Kupon
Pembangunan Sasono Adiroso berhadiah , ada pamrih mendapat hadiah dari Romo.
Iklas kah dengan
pembelian kupon selembar Rp. 10.000,. ?
Ada 3 (Tiga )
kemungkinan ,
1. Ikut berperan
walaupun dengan jumlah yang sedikit.
2. Perwujudan terima-kasih dengan dengan
memborong kupon , karena Panca Gaib yang telah membuat ketentraman putro.
3. Pembeli Kupon
mengharapkan bantuan / hadiah dari Romo.
Ketiga-nya benar, asalkan tidak dipaksakan menurut rasa
putro masing-masing.
Bila mendapatkan
hadiah tidak menjadi harapan nya , maka bisa dikembalikan lagi untuk menambah
dana pembangunan ( Atur Kd.Retno Lastani-Sekjen )
Pembangunan Sasono
Adiroso , sebenarnya adalah perwujudan Guyub rukun .
Cepat atau lambat ,
besar ,kecil , megah dan tidaknya pembangunan bukan menjadi ukuran.
Oleh sebab itu Putro
Romo harus bijaksana , bisa menyikapi ,
tata-cara panitia untuk mewujudkan Sasono Adiroso atau menggali dana dalam suatu kegiatan.
Yang tidak
diperbolehkan itu , karena terpaksa , mengada-ada , berpengaruh negative
terhadap pelaksanaan Guyub Rukun.
Guyub rukun ,
gôsôk-ginôsôk , ranté-rinaté , menyatu bukan bersatu .
Putro Romo diharapkan
: “ Kumpôl-kumpôl , golèk ô papan séng
padhang lan jembar , soal suguhan kôpi , watôn éklas mengko Rômô séng
ngrampungi “.. (.. segala pengorbanan
kalau dilakukan dengan rasa iklas akan mendapat ganti …)
Rahayu,.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar